Menu

Dark Mode
Keputusan Halaqoh Kebangsaan dan Ijma’ Ulama Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk Perubahan Indonesia Tentang Keharusan Memilih Pasangan Capres-Cawapres AMIN Berdasarkan Dalil Syar’i di Pondok Pesantren MUS Sarang Rembang Makna Jihad Membela Tanah Air di Era 5.0 MERAPATKAN BARISAN UNTUK PEMENANGAN AMIN DALAM PERSPEKTIF SYAR’I HUKUM MENYINGKAT KALIMAT THOYYIBAH! Meredam Fanatik ; Menguatkan Persatuan Dalam Pesta Politik. MENYAMBUT TAHUN POLITIK: HINDARI KONFLIK, PAKAI EMPATIK Setelah Komunisme,Masih Ada Kapitalisme Yang Perlu Dilawan! Malam Penuh Cinta Kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. MENGKAJI FIKIH DALAM PEMBERONTAKAN G30SPKI Sudahkah Kita Cinta Kepada Rasulullah? MEWASPADAI KEBANGKITAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA SEJARAH PKI PECI PUTIH; NUANSA BARU DALAM JAMA’AH MAKTUBAH Menyorot Fenomena Paham Islam-Kiri di Indonesia: Konvergensi atau Paradoks? KEBOHONGAN CITA-CITA MARXISME PRINSIP PENGELOLAAN HAK KEPEMILIKAN INDIVIDU DALAM ISLAM ; Menolak Tawaran Komunisme dalam Melawan Kapitalisme Kerusakan Ideologi Marxisme Perspektif Teologi Islam JEJAK HITAM PKI DARI IDELOGI KOMUNIS HINGGA SEJARAH KEJAHATAN DAN PENGIANATAN G30S Ku Putuskan Untuk …. Knock Out Rebahan ; Bangkit Sambut Masa Depan Ny. Hj. Chalimah Abdurrochim : Ibunda Hebat Di Balik Pengasuh PP. MUS Sarang BELA NEGARA INDONESIA MENURUT PANDANGAN ISLAM Esensi Sholawat Nabi Tragedi Kelam dan Dampaknya bagi Sejarah Indonesia Ma’lumat Bagi Santri dan Alumni PP. MUS Sarang Tentang Tesis KH. Imaduddin & Berita HOAX “Santri PP. MUS Sarang Dipecat berkaitan dengan tesis KH. Imaduddin” Maulid Nabi: Tidak Semua Kemutakhiran adalah Bidah Menyingkap Kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama Saat Perayaan Maulid Muhammad Sang Nabi Pertama

Artikel

Kerusakan Ideologi Marxisme Perspektif Teologi Islam

badge-check


					Kerusakan Ideologi Marxisme Perspektif Teologi Islam Perbesar


Oleh : Abdullah Faqih Nurshiddiq

  1. Pendahuluan

            Dengan berjalannya waktu manusia diuji dengan banyaknya paham filsafat yang menawarkan hasil indah untuk kehidupan dunia nyata. Paham-paham tersebut seakan bakal memberikan pola hidup yang diinginkan manusia yang mempunyai problem dalam kehidupannya masing-masing, dengan iming-iming manusia akan jaya dan damai jika mengikuti paham itu. Salah satu paham filsafat itu adalah filsafat Marxisme. Filsafat ini dengan konsepnya secara sepintas memberikan ajaran yang dengan itu kehidupan manusia tidak akan ada tumpang tindih satu dengan yang lain, baik secara ekonomi maupun sosial. Manusia secara normal sebagai makhluk yang mempunyai rasa dan jiwa, menginginkan adanya keadilan yang merata pada setiap individu. Pastinya dengan tabiat itu, manusia dengan mudah akan menerima tawaran dari filsafat Marxisme dengan tanpa menyadari bahwa sesuatu yang tampak luarnya indah belum tentu akan memberikan sesuatu yang indah pula.

Meskipun Marxisme pada dasarnya mempunyai tujuan yang baik, belum tentu ia sesuai dengan ajaran dan ideologi Islam. Perlu dipahami bahwa Islam dengan kesempurnaannya mengajarkan bahwa ada hal lain selain urusan duniawi yang perlu lebih diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia, yaitu urusan ukhrowi. Namun, benarkah filsafat Marxisme akan menjamin hal itu?. Islam sangat memperhatikan keberlangsungan hidup manusia di dunia dan akhirat, sehingga Islam dengan baik memberikan solusi-solusi yang berhubungan dengan problem kehidupan sosial manusia yang kompleks, agar terselamatkan dari kesalahan yang berujung tidak baik kepada keberlangsungan manusia setelah ini.

Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis permasalahan yang berhubungan dengan ideologi Marxisme dan paham-paham yang berkaitan dengannya yang bersifat ateisme dan sekuler, dengan menguraikan definisi beserta teorinya. Oleh sebab itu penulis akan merespons serta mengkritik Ideologi Marxisme dari sudut pandang teologi Islam.

  • Marxisme : Komunisme & Materialisme Dialektis

Marxisme merupakan paham atau teori filsafat yang dikemukakan oleh Karl Marx[1] sebagai bentuk protes atas paham kapitalisme yang menggaruk uang dengan mengorbankan kaum proletar di Barat pada masa itu. Sehingga membuat kaum proletar diinjak-injak untuk dipaksa bekerja secara terus menerus dengan upah minimum dan hasil pekerjaannya hanya dirasakan dan dinikmati oleh kaum Kapitalis. Marx berpikir bahwa semua ini bisa terjadi disebabkan oleh adanya kepemilikan pribadi dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang strata ke atas. Oleh karenanya, Marx mempunyai gagasan bahwa paham kapitalis harus diganti dengan paham komunis agar tidak terjadi penuntutan keadilan dan pemberontakan dari kaum proletar[2]. Doktrin itu merupakan sebuah teori sosialisme ilmiah Marx atau yang lebih dikenal dengan Komunisme[3]. Komunisme  adalah hasil yang diharapkan dari revolusi proletar yang dipandu oleh pemikiran Marxis.

Komunisme bertujuan menciptakan manusia dengan aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan tidak adanya ketimpangan kelas sosial, uang dan negara[4]. Dengan kata lain, komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme yang mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan proletar[5].  Dalam arti, tujuan utamanya adalah untuk mencapai masyarakat tanpa kelas. Prinsip ini direpresentasikan sebagai milik rakyat, dan oleh karenanya seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata.[6] Komunisme meniadakan properti pribadi karena properti pribadi diganti dengan barang umum dan kepemilikan diganti dengan kepemakaian dan tidak memperbolehkan kekayaan pribadi. Paham ini juga menentang dan menolak adanya agama, menganggap agama sebagai candu yang dimanfaatkan oleh kaum elite untuk memberi harapan palsu dan memanipulasi kaum proletar[7]. Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama adalah racun yang membatasi rakyatnya berpikir rasional dan nyata[8]. Penolakan Marx terhadap agama didasari oleh fakta sejarah bahwa agama Kristen pada abad ke18, yaitu ketika ide-ide ajaran agama Kristen akhirnya menyerah kepada ide-ide rasionalis, ditambah dengan adanya pertikaian antara masyarakat feodal dan revolusi masyarakat borjuis. Dari pertikaian tersebut muncullah ide untuk bebas dari agama dan kebebasan melakukan tindakan berdasarkan hati nurani[9].

Marxisme juga dikenal dengan istilah Materialisme Dialektis. Materialisme dan Dialektis merupakan dua filsafat yang berbeda yang kemudian disatukan oleh Karl Marx menjadi Materialisme Dialektis[10]. Materialisme adalah paham yang mengatakan bahwa satu-satunya substansi adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena hasil dari interaksi material. Paham ini mengajarkan realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi, Materialisme juga tidak mengakui entitas-entitas non-materil seperti roh, setan dan malaikat. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi[11].

Ada 6 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan Materialisme[12] :

  1. Apa pun yang wujud berasal dari satu sumber yaitu materi.
  2. Tidak meyakini alam gaib.
  3. Menjadikan pancaindra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.
  4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam mencetuskan hukum.
  5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.
  6. Adalah sebuah paham, dimana manusia sebagai narasumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada melewati jalur Dialektis.

Dialektika adalah satu cara pandang terhadap sesuatu dari sisi geraknya bukan dari sisi diamnya[13]. Dalam arti, dialektika adalah konsep perubahan melalui konflik dan perlawanan bertentangan. Menurut Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika), dialektika berisi 4 hal ; waktu, pertentangan, timbal balik dan seluk beluk[14]. Marx menggunakan pendekatan ini untuk melihat perkembangan sejarah melalui konflik atau interaksi antara tindakan dan reaksi[15].

Materialisme Dialektis inilah yang menjadi kerangka konseptual dari Marxisme dengan visi terakhir yaitu menciptakan komunisme.

  • Kecacatan Dasar Ideologi Materialisme Dialektis

Materialisme Dialektis memberikan paham bahwa apa pun yang wujud itu semata-mata bersumber dari materi. Namun jika benar demikian, semestinya manusia akan lebih dahulu mengerti dan paham apa sebenarnya esensi manusia dan kehidupan itu sendiri, karena ketika akal sudah menemukan akar dari sesuatu ia akan lebih mudah dan lebih cepat untuk menemukan sesuatu yang muncul dari akar tersebut dengan sedikit usaha dan cara. Akan tetapi secara realistis hal itu keluar dari kapasitas kemampuan manusia. Sehingga klaim bahwa semua hal yang wujud itu bersumber dari materi tidak dapat dibenarkan. Di sisi lain, apakah pernah ditemukan satu saja seseorang dari kalangan ulama atau pembesar-pembesar paham Materialisme Dialektis itu sendiri yang dapat melakukan hal tersebut?[16].

Islam pun tidak membenarkan paham tersebut, karena Islam mengajarkan bahwa semua hal yang ada termasuk materi adalah ciptaannya Allah Swt. Jika materi sesuatu yang mati dan tidak dapat melakukan apa-apa merupakan sumber dari semuanya, hal itu sama saja mengatakan bahwa materi adalah pencipta alam beserta isinya, dan itu tidak mungkin dan tidak masuk akal.

Paham Materialisme Dialektis juga tidak mengakui adanya Tuhan dan hal ini secara jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Rukun iman yang pertama dalam Islam adalah iman kepada Allah Swt. Iman adalah keyakinan dan konsepsi yang menjadi sumber dari aksi dan perilaku manusia. Konsep keimanan seseorang mencakup cara pandang manusia terhadap alam raya, asal-usul manusia, dan berakhirnya manusia serta alam itu sendiri[17]. Islam mengajarkan bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah adalah Allah Swt., dalam ajaran Islam, semua manusia tanpa terkecuali wajib untuk meyakini realitas itu. Keberadaan Tuhan merupakan suatu fakta yang tidak dapat disangkal oleh apapun dan siapapun, karena hal ini merupakan satu hal yang pasti benarnya dan adanya. Dan Tuhan itu tidak lain dan tidak bukan adalah Allah Swt.

وَإِلهُكُمْ إِلهٌ واحِدٌ لا إِلهَ إِلاّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيمُ

Artinya : “Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah [2] : 163).

Ayat itu menjelaskan bahwa Tuhan yang berhak untuk disembah adalah Allah Swt. Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selainnya[18]. Dengan ayat ini dapat diketahui bahwa eksistensi Tuhan merupakan nyata dan tidak mungkin tidak ada.

Alam gaib yang tidak diakui adanya oleh Materialisme Dialektis pada dasarnya disebabkan paham ini dari awal mengajarkan bahwa sejatinya substansi dan realitas yang ada adalah materi. Sehingga dari paham ini, apapun yang bersifat non-materil dan dunia adikodrati tidak dianggap serta tidak diakui keberadaannya. Di sisi lain, Al-Qur’an menyebutkan bahwa orang yang bertakwa dan beriman adalah orang yang mempercayai adanya alam gaib.

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥).

Artinya :  “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.  Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Baqarah [2] : 2-5).

Dasar iman adalah mempercayai adanya alam gaib. Manusia yang tidak mempercayai kecuali hanya sesuatu yang dapat diindra, tidak akan mempercayai adanya Allah, malaikat, al-Risalah al-Ilahiyyah, dan entitas adikodrati yang lain seperti surga dan neraka. Oleh karena itu Allah Swt. menyebutkan sifat pertama orang yang beriman dalam ayat di atas adalah mempercayai adanya alam gaib[19]. Mereka tidak berhenti semata pada benda material dan fisik empiris yang dapat dijangkau hanya dengan pancaindra dan pendeknya akal, melainkan mereka juga menjangkau alam metafisik seperti roh, jin, setan, surga, neraka dan puncaknya adalah  eksistensi Allah beserta keesaannya[20].

Semua itu dituangkan dan diajarkan oleh agama Islam. Sehingga agama merupakan landasan pertama yang terpenting untuk memahami dan meyakini kebenaran yang hakiki. Dan hanya agama Islam yang diakui oleh Allah Swt.

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلامُ

Artinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam”. (QS. Ali-Imron [3] : 19).

Agama di sini adalah sistem yang berhubungan dengan akidah, ibadah, etika dan syariat yang dibentuk oleh Allah Swt. sendiri kepada hambanya. Adapun Islam adalah pasrah dan berserah diri kepada ketentuan Allah Swt. dan segala hal yang disampaikan oleh utusan-Nya serta melaksanakan dan mematuhinya[21]. Syekh Muhammad Abu Zahroh dalam kitabnya Zahratut al-Tafasir memberikan definisi bahwa Islam adalah iman kepada keesaan Allah, serta menundukkan akal, nafsu dan hati kepada-Nya dengan penuh ketulusan dan loyalitas.[22]  Dengan kesempurnaan dan kelengkapan Islam, semua manusia terkena tuntutan untuk memeluknya, dan dengannya pula dihapus syariat sebelum dan setelahnya. Tanpa Islam manusia tak dapat mengerti serta memahami apa hakikat Tuhan dan perintah-Nya. Oleh karena itu, agama selain Islam tidak akan diterima oleh Allah Swt.

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Artinya : “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi”. (QS. Ali-Imron [3] : 85).

Dengan penjelasan ini, sudah jelas bahwa agama adalah suatu yang perlu diakui keberadaannya dan diyakini, dalam konteks ini adalah agama Islam. Karena dengan Islam manusia dapat mengerti serta memahami sesuatu yang bukan hanya dapat dijangkau oleh akal dan pancaindra, namun lebih dari itu semua. Perlu diingat bahwa sesuatu yang pancaindra dan akal tidak dapat menjangkau tidak dapat menjadi bukti bahwa sesuatu itu tidak ada.

Itulah sedikit penjelasan tentang kecacatan dasar filsafat Marxisme dari sudut pandang Islam. Dengan ini, diharapkan masyarakat lebih dapat berhati-hati dan waspada dalam mengikuti paham-paham yang menurut Islam belum tentu benar, dan yang hanya benar adalah paham atau ajaran yang diungkapkan oleh Islam.

  • Penutup

Marxisme pada dasarnya dibangun atas konsep Materialisme Dialektis yang mempunyai visi akhir yaitu menciptakan dunia komunis sebagai respons terhadap kapitalisme yang memperbudak proletar untuk bekerja secara terus menerus dengan upah minimum dan hasil pekerjaannya hanya dirasakan dan dinikmati oleh kaum Kapitalis.

Materialisme Dialektis yang menjadi dasar konseptual bagi Marxisme adalah paham yang meyakini bahwa satu-satunya substansi adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena hasil dari interaksi material. Paham ini mengajarkan realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi, Materialisme juga tidak mengakui entitas-entitas non-materil seperti roh, setan dan malaikat. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi.

Konsep tersebut secara jelas menafikan adanya Allah, surga, neraka, dan apapun yang bersifat non-materil seperti malaikat dan setan. Sehingga paham ini sangat berbahaya jika diikuti, sebab dengan mengikuti paham ini manusia akan dengan gampang menjadi ateis dengan konsekuensinya yaitu tidak percaya adanya Allah dan agama, bahkan dapat menyebabkan bersikap kasar dan keras kepada yang beragama, khususnya terhadap agama Islam, karena agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.

Sebab hal itu, paham Marxisme akan memberikan dampak buruk kepada pola pikir dan keyakinan pengikutnya. Sehingga solusi yang tepat dalam kasus ini adalah selalu mengikuti dan memahami teologi Islam serta meyakini kebenarannya. Karena dengan karakteristik yaitu orientasi tauhid yang dibungkus dengan sistem syariatnya, Islam menjadi pedoman hidup yang tepat dan sebagai tolok ukur kebenaran.

  • Daftar Pustaka

Kitab :

Az-Zuhaily. Wahbah. 1991. Tafsir al-Munir. Dar al-Fikr al-Mu’asyir.

Abu Zahrah. Muhammad. Zahratut al-Tafasir. Dar al-Fikr al-‘Aroby.

Al-Buthy. Syekh M. Romdhon. Al-Madzahib al-Tauhidiyyah Wa al-Falsafat al-Mu’asyiroh. Dar al-Fikr.

Said Hawa. Al-Islam.

Buku :

Nikoli Bukharin & E Preobrazhensky, 1920, The ABC of Communism.

Nur Sayyid Santoso Kristeva, S.Pd.I, M.A. 2010, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosisialisme, Komunisme, Fasisme, Anarkisme, Anarkisme dan Marxisme, konservatisme.

Firdaus M. Yunus. 2009. Materialisme. Banda Aceh: PT. Bambu Kuning Utama.

Jurnal Penelitian :

Fadhilah Rachmawati. Kritik terhadap Konsep Ideologi Komunisme Karl Marx. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia Vol. 1, No. 1, 66-78,  Maret 2020. https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/jsai.

Situs Website :

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Marxisme#:~:text=Marxisme%20merupakan%20bentuk%20protes%20Marx,hanya%20dinikmati%20oleh%20kaum%20kapitalis.

https://www.revolusioner.org/teori-4/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-Marxisme-bagian-i-dialektika-Materialisme.html.

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/05/01450091/perbedaan-komunisme-dan-sosialisme.

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Materialisme#cite_note-Driyarkara-2.


[1]https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Marxisme#:~:text=Marxisme%20merupakan%20bentuk%20protes%20Marx,hanya%20dinikmati%20oleh%20kaum%20kapitalis.

[2] https://www.revolusioner.org/teori-4/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-Marxisme-bagian-i-dialektika-Materialisme.html

[3] Fadhilah Rachmawati. Kritik terhadap Konsep Ideologi Komunisme Karl Marx. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia Vol. 1, No. 1, 66-78,  Maret 2020. https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/jsai

[4] Nikoli Bukharin & E Preobrazhensky, 1920, The ABC of Communism, Bagian ke-21.

[5] Nur Sayyid Santoso Kristeva, S.Pd.I, M.A. 2010, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosisialisme, Komunisme, Fasisme, Anarkisme, Anarkisme dan Marxisme, konservatisme. Hal. 40.

[6] Idem.

[7] https://nasional.kompas.com/read/2022/03/05/01450091/perbedaan-komunisme-dan-sosialisme

[8] Nur Sayyid Santoso Kristeva, S.Pd.I, M.A. 2010, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosisialisme, Komunisme, Fasisme, Anarkisme, Anarkisme dan Marxisme, konservatisme. Hal. 40-41

[9] Fadhilah Rachmawati. Kritik terhadap Konsep Ideologi Komunisme Karl Marx. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia

Vol. 1, No. 1, 66-78,  Maret 2020. https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/jsai

[10] https://www.revolusioner.org/teori/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-Marxisme-bagian-i-dialektika-Materialisme.html

[11] Firdaus M. Yunus. 2009. Materialisme. Banda Aceh: PT. Bambu Kuning Utama. Hal. 22-23.

[12]  https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Materialisme#cite_note-Driyarkara-2.

[13] https://www.revolusioner.org/teori/sosialisme/8186-mengenal-dasar-dasar-filsafat-Marxisme-bagian-i-dialektika-Materialisme.html

[14] https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Dialektik

[15] Fadhilah Rachmawati. Kritik terhadap Konsep Ideologi Komunisme Karl Marx. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia Vol. 1, No. 1, 66-78,  Maret 2020. https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/jsai

[16] Al-Buthy. Syekh M. Romdhon. Al-Madzahib al-Tauhidiyyah Wa al-Falsafat al-Mu’asyiroh. Dar al-Fikr. Hal. 168-169.

[17] Said Hawa. Al-Islam.

[18] Az-Zuhaily. Wahbah. 1991. Tafsir al-Munir. Dar al-Fikr al-Mu’asyir. 59\2.

[19] Abu Zahrah. Muhammad. Zahratut al-Tafasir. Dar al-Fikr al-‘Aroby. 4155\8.

[20] Az-Zuhaily. Wahbah. 1991. Tafsir al-Munir. Dar al-Fikr al-Mu’asyir. 47\1.

[21] Az-Zuhaily. Wahbah. 1991. Tafsir al-Munir. Dar al-Fikr al-Mu’asyir. 178-179\10.

[22] Abu Zahrah. Muhammad. Zahratut al-Tafasir. Dar al-Fikr al-‘Aroby. 1302\3.

Facebook Comments Box


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Esensi Sholawat Nabi

1 October 2024 - 18:53

Tragedi Kelam dan Dampaknya bagi Sejarah Indonesia

30 September 2024 - 18:55

Ma’lumat Bagi Santri dan Alumni PP. MUS Sarang Tentang Tesis KH. Imaduddin & Berita HOAX “Santri PP. MUS Sarang Dipecat berkaitan dengan tesis KH. Imaduddin”

24 September 2024 - 16:44

Maulid Nabi: Tidak Semua Kemutakhiran adalah Bidah

17 September 2024 - 19:27

Menyingkap Kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama Saat Perayaan Maulid

14 September 2024 - 19:30

Trending on Artikel

Discover more from PP. MUS Sarang

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading