
Mendengar kata Asyura, tentunya terlintas di benak pikiran sebuah kata Tasua. Benar, keduanya ini laksana saudara yang tidak terpisahkan. Tapi, pernahkah mendengar bahwa puasa ini bukan sekedar ritual peribadatan menahan untuk tidak memasukkan sesuatu ke dalam tubuh saja? Namun juga ada hikmah besar dibalik mensyariatkan puasa ini pada hari kesembilan di bulan Muharam. Dikisahkan dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas bahwa saat Rasulullah saw. melaksanakan puasa Asyura serta memerintahkannya kepada para sahabat, para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah! Sungguh hari Asyura adalah hari yang diagungkan kaum Yahudi dan Nasrani. Kemudian Rasulullah saw. menimpali: “Kalau aku masih menjumpai tahun depan, aku akan melaksanakan puasa di hari kesembilan”. (H.R. Muslim)
Dari cerita hadis ini dapat diketahui begitu besar sekali hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan puasa Tasua yaitu menunjukkan identitas yang berbeda dengan umat Yahudi dan Nasrani. Bagaimana tidak besar? Disebutkan oleh beberapa ulama ketika menjelaskan hadis “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam kaum tersebut” bahwa unsur menyerupai bisa mendorong hati untuk menjadi simpatisan militan yang berujung kasih sayang [1]. Padahal, hal ini jika konteksnya dikaitkan pada hubungan muslim dan non-muslim bisa berdampak fatal. Sehingga berangkat dari latar belakang tersebut, Rasulullah saw. juga memerintahkan untuk melaksanakan puasa Tasua. Bahkan hal ini dijelaskan secara tegas oleh Rasulullah saw.. Kemudian jika ada pertanyaan “Apabila umat Yahudi dan Nasrani sudah tidak melakukan puasa Asyura, Apakah puasa Tasua masih disunahkan? Jawabannya adalah iya. Dalam usul fikih ada kaidah “Diperbolehkan menjadikan kausa hukum dari hal yang tidak tampak hikmahnya. Kemudian jika dipastikan ketiadaan hikmah pada satu kasus, maka hukum untuk kasus terebut tetap berlaku karena masih memiliki potensial tampaknya hikmah” [2]. Sehingga penerapan kaidah tersebut ialah puasa Tasua pada era dipastikan tidak tampak hikmahnya (sebagai bentuk ketidaksamaan) sebab umat Yahudi dan Nasrani tidak melakukan puasa Asyura, tetap sunah dilakukan karena puasa Tasua masih potensial untuk menjadi tanda identitas yang berbeda dengan umat Yahudi dan Nasrani.
[1]
المشاركة في الظاهر تورث نوع مودة ومحبة وموالات في الباطن. (روض الرياحين الندية بشرح الأربعين اللحجية ص 49)
[2]
غاية الوصول في شرح لب الأصول» (ص121): (ويجوز التعليل بما لا يطلع على حكمته) كتعليل الربوي بالطعم أو غيره. (ويثبت الحكم فيما يقطع بانتفائها فيه للمظنة في الأصح)