Disarikan dari Ihya’ Ulumuddin oleh M. Fathan MA.

Dikisahkan bahwa Hatim Al-Asham merupakan santri Kiai Syaqiq Al-Balkhi, suatu ketika kiai Syaqiq memanggil Hatim Al-Asham
Kiai Syaqiq : “Hatim.. Sudah berapa lama kamu belajar bersamaku?”
Hatim : “33 tahun yai”
Kiai Syaqiq : “Hmm sudah lama ya. Apa yang kamu pelajari dariku selama 33 tahun?
Hatim : Aku mempelajari 8 masalah
Kiai Syaqiq : Hah! Aku menghabiskan umur bersamamu dan kamu hanya mempelajari 8 masalah!!?
Hatim : Maaf yai, aku tidak bohong, aku tidak belajar selain hal itu.
Kiai Syaqiq : Hmm.. Ya sudah, Sekarang apa saja 8 masalah itu aku ingin mendengarkanya.
Hatim : Pertama, Aku menemukan bahwa Manusia pasti mempunyai sesuatu yang ia cintai, namun ternyata semua itu tak bertahan lama, setelah sampai pada liang lahat, ia akan berpisah dari hal yang ia cintai. Akhirnya aku putuskan untuk mencintai kebaikan, karena setelah aku masuk liang lahat dia akan terus menemaniku.
Kiai Syaqiq : Lalu yang kedua?
Hatim : Aku merenungkan firman Allah SWT
وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ
Adapun orang yang takut pada kedudukan Tuhannya serta mencegah jiwanya dari kesenangan, maka sesungguhnya surgalah yang akan menjadi tempat kembalinya
Aku yakin firman Allah itu nyata, Jadi aku berusaha sekuat tenaga untuk memerangi hawa nafsu sampai jiwaku benar-benar kokoh menaati Allah.
Yang ketiga Aku mengamati setiap manusia mempunyai hal berharga yang diagungkan dan dijaga, kemudian aku merenungi firman Allah :
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ
Apa yang ada di sisi kalian akan habis, dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal
Jadi, ketika aku mendapatkan sesuatu yang bernilai, aku niatkan hal itu untuk Allah agar tetap abadi terjaga.
Yang keempat Aku mendapati banyak manusia yang berorientasi pada harta, kedudukan, kemuliaan, dan nasab. Setelah kupikirkan/ ternyata semuanya sirna tak tersisa
kemudian aku melihat firman Allah:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling takwa diantara kalian
Sehingga aku fokus melangkah dalam ketakwaan sampai aku menjadi mulia disisi Allah.
Yang kelima aku mengamati banyak orang saling mencela dan saling mengutuk, ternyata pokok masalahnya adalah kedengkian
Padahal Allah telah berfirman:
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۚ
Kami telah membagi jatah kehidupan di dunia di antara mereka
Akhirnya setelah merenunginya aku pun menjauhi rasa dengki. Karena aku yakin pada pembagian dari Allah. Aku pun menghindari perseteruan dengan mereka.
Yang keenam aku melihat manusia saling menganiaya bahkan saling membunuh satu sama lain, Padahal Allah telah berfirman:
إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ
Sesungguhnya setan adalah musuhmu, maka jadikanlah ia musuhmu
Jadi, aku hanya memusuhi setan. Aku mewaspadainya semaksimal mungkin, karena Allah telah memberi kesaksian bahwa setan merupakan musuh, oleh karena itu, aku menghindari permusuhan dengan makhluk lain.
Yang ketujuh aku melihat manusia fokus mengais secuil roti (harta) sampai menghinakan diri, ia pun terjerumus pada hal-hal yang tidak halal,
Aku pun teringat pada firman Allah :
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
Tiada satupun makhluk yang melintasi bumi melainkan rizqinya telah ditanggung Allah
Aku merenungkan bahwa aku pun termasuk makhluk yang rizqinya dijamin oleh Allah, sehingga aku fokus mementingkan-Nya, aku meninggalkan segala kepentinganku dihadapan-Nya.
Yang kedelapan aku melihat manusia seringkali bergantung pada makhluk, ada yang bergantung pada perniagaan, ada yang bergantung pada perindustrian, ada yang bergantung pada kesehatan badan, hampir setiap makhluk bergantung pada sesama makhluk, lalu aku kembali pada Firman Allah:
وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
Barangsiapa bertawakkal kepada Allah maka Dia telah mencukupi baginya. Sehingga cukuplah bagiku bertawakal pada Allah.
Kiai Syaqiq : Hai Hatim, semoga Allah memberimu pertolongan, Sungguh aku telah melihat kandungan kitab Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan, ternyata aku melihat segala macam unsur kebaikan dan keagamaan tercakup pada 8 masalah ini. Orang yang bisa mengamalkannya, maka ia laksana telah mengamalkan empat kitab tersebut.
Kajian ini merupakan bagian dari ilmu yang hanya ditekuni, ditemukan dan dipahami oleh ulama akhirat.
al-Ghazali (Ihya’ Ulumuddin)
2 Komentar
Masyaallah 👏
Subhanallah..