Rabi’ul Awal, tulisan lanjutan dari Maulid; Musim Semi Paling Indah.
Termasuk dari sebaik-baiknya bid’ah adalah seremoni dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad saw. yang saat ini dirayakan setiap tahun oleh masyarakat. Perayaan ini meliputi banyak hal seperti sedekah dengan makanan-makanan yang bagus, menampakkan kegembiraan, berhias, dan lain sebagainya. Semua itu termasuk bid’ah yang bagus. Perilaku tersebut memberi isyarat cinta dan pengagungan terhadap Rasulullah saw. Hal tersebut juga merupakan bentuk syukur kita kepada Allah swt. yang telah menghadiahkan Nabi Muhammad saw. kepada kita sebagai ummatnya. (Al-Imam Abu Syamikh Syaik An-Nawawi)
Perbuatan yang bagus akan selalu mendapat balasan yang bagus pula. Perayaan Maulid Nabi saw. ini menurut Imam Ibn al-Jauzy memiliki kekhasan.
Termasuk dari kekhususan perayaan Maulid adalah. Barangsiapa yang merayakannya, dia akan aman dari keburukan di tahun tersebut dan akan mendapat kebahagiaan dari hal yang ia maksud dan ia harapkan . (Ibn al-Jauzy).
al-Hafidz Ibn al-Hajar al-Haitamy mencetuskan hukum melakukan perayaan maulid ini dari “Dalil Tsabit” yang tercantum dalam Hadits.
Hadits tersebut adalah hadits yang ada di Bukhori dan Muslim,
أن النبي صلى الله تعالى عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون بوم عاشوراء فسألهم فقالوا: هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونَجّى موسى، ونحن نصومه شكرًا، فقال: (( نحن أولى بموسى منكم )).
“Nabi saw. datang ke Madinah. Beliau mendapati orang Yahudi yang berpuasa di hari ‘Asyura. Nabi bertanya kepada mereka (kenapa berpuasa). Mereka mengatakan, hari Asyura adalah hari dimana Fir’aun ditenggelamkan dan hari saat Nabi Musa as. selamat. Kita berpuasa sebagai bentuk syukur atas hal tersebut. Kemudian Nabi saw. bersabda: Kita lebih berhak atas Musa as. daripada kalian (Yahudi).”
ibn al-Hajar berkata: Hadits tersebut secara implisit mengisyaratkan amal perbuatan syukur atas hari-hari yang tertentu. Maka nikmat mana yang lebih agung dari nikmat Allah swt. yang telah menghadirkan Nabi Muhammad saw. yang menjadi rahmat bagi seluruh alam?!.
Wujud syukur ini dapat diimplementasikan dengan berbagai macam ibadah seperti Sholat, Puasa, dan Sedekah. Intinya syukur ini tidak dengan melakukan hal-hal yang terlarang oleh syara’. Wallahu A’lam. (al-Hafidz ibn al-Hajar).
*mawaaheb.
*diterjemahkan dari kitab Kanz an-Najah.