
Salah satu ulama terdahulu yang paling banyak karangannya sebagaimana disebutkan oleh Imam Suyuti adalah Imam Ibnu Syahin. Beliau telah membuat 1.500 judul karya ilmiah, menyusun 1.000 jilid fan Tafsir dan 1.500 jilid fan Hadits. Banyaknya kitab ini, apabila dikarang pada zaman sekarang pasti akan dikira bahwa kitab-kitab tersebut disusun secara kolektif yang melibatkan orang banyak. Itulah ulama terdahulu. Kok bisa demikian? Umur orang itu hanya berapa? Bagaimana bisa menulis sampai sekian ribu jilid?
Kita pula akan tercengang ketika melihat kitab Mizan al-Kubra karya Syekh Abdul Wahab Al-Sya’rani. Syekh Al-Sya’rani menyebutkan ratusan kitab yang telah beliau baca sebelum mengarang kitab tersebut. Lah, bacanya itu kapan? Begitu juga Syekh Al-Allamah Murtadho Az-Zabidi sebelum mengarang kitab Taj al-Arus Syarah Qamus. Beliau telah membaca ratusan referensi kitab yang berkaitan dengan luhgoh. Dan banyak lagi kisah ulama luar biasa lainnya tentang karya-karyanya.
Pada masa itu ulama banyak mengalami keterbatasan dalam ketersediaan referensi kitab dan juga dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Air harus ditimba manual untuk mendapatkannya dan penerangan pun hanya memakai lampu teplok yang harus diisi dengan minyak. Tidak seperti zaman sekarang yang serba enak, serba otomatis. Sarana transportasi untuk rihlah ilmiah pada masa itu juga sangat terbatas. Adalah dengan mengendarai hewan bahkan dengan berjalan kaki, padahal yang ditempuh sampai antar negara.
Meskipun dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, tapi manakala tekad telah kuat, maka akan mewujudkan tujuan. Dan ketika niat itu ikhlas, maka akan mendekatkan pada sesuatu yang diangan-angankan. Pada waktu itu ulama terdahulu betul-betul mencurahkan tenaga dan pikirannya demi mengabdikan jiwa dan raganya untuk diwakafkan pada ilmu. Itu semua karena inayah (pertolongan) Allah SWT sebagaimana dalam suatu syair:
إذا ما حلت العناية قلبا # نشطت للعبادة الأعضاء
قصيدة الهمزية للإمام البوصيري*
“Ketika pertolongan Allah sudah memenuhi hati, maka tubuh akan semangat beribadah.”
Akhirnya terwujudlah segala keajaiban. Sehingga mereka dapat menghasilkan ratusan ribu judul kitab karya ilmiah yang bisa dinikmati hingga sekarang. Belum lagi puluhan ribu kitab yang dibuang oleh orang-orang kafir di sungai Dajlah , pula yang dibakar oleh kaum Tartar Mongol dan bangsa Spanyol.
Keajaiban yang terjadi pada para ulama terdahulu sebagaimana di atas adalah bagian dari Khariqul ‘Adah atau Keramat. Adalah kejadian di luar kebiasaan yang diperoleh sebab kemuliaan. Dalam Khariqul Adah ada yang namanya Thoyyuzzaman dan Thoyyulmakan. Thoyyuzzaman adalah waktu yang dilipat oleh Allah, dimana satu jam seakan-akan satu hari dan seterusnya sehingga waktu itu barakah. Dengan Thoyyuzzaman dari Allah ini, para ulama diberi umur yang panjang, masa hidup yang lama, yang jika dikalkulasi dengan waktu di umur normal, maka tidak mungkin dapat mengarang begitu banyak kitab.
Sementara Thoyyulmakan adalah tempat yang dijadikan Allah sesempit mungkin, dimana secara normalnya tempat tersebut sangat jauh, sehingga perjalanan yang begitu jauh dapat ditempuh dengan cepat. Maka dari itu, sekalipun zaman dulu belum ada kendaraan secanggih sekarang, namun ulama terdahulu telah ditolong Allah SWT dengan dijadikannya jarak yang begitu jauh menjadi dekat.
*Dicuplik dari Artikel KH. M. Said Abdurrrochim “Ulama Tempo Dulu Menulis” di Majalah Risalah Santri edisi ke-II.
3 Komentar
Lanjutkan Min…
Jangan Bosan-Bosan Posting….
Semangat….
makasih. semoga bermanfaat.
Sangat bermanfaat min….
Salam dari mantan designer risalah santri.