Pemilik Karomah dan Pemerhati Dunia Ilmiah
Oleh : M. Nabih Mujtaba

K.H. Abdul Jalil, itulah nama seorang ulama karismatik dari Sarang. Beliau merupakan putra kedua dari pasangan Nyai Hj. Khodijah dan Syaikhuna al-Alim al-Allamah al-‘Arif billah KH. Ahmad bin Syu’aib. Setelah beliau melaksanakan haji, namanya diubah menjadi Abdul Fattah.
Ta’allum pertamanya, beliau belajar pada ayahnya sendiri dan KH. Zubair Dahlan. Karena didikan dari beliau berdua inilah, Abdul Fattah menjadi pemuda yang alim dan istimewa. Seperti halnya Imam an-Nawawi dan Imam ath-Thabari, beliau termasuk dari sekian ulama yang memilih untuk tidak menjalani pernikahan sampai akhir hayatnya. Meskipun dikenal sebagai kiai sufi yang majdzub dengan segudang kisah karomah, namun warisan ajaran pendahulu Sarang yang sangat menekankan kesungguhan dan ketekunan dalam keilmuan masih sangat kental dalam kesehariannya.
Perhatian Terhadap Proses Ta’lim
Sering kali beliau mbede’i (menanyai) dengan pertanyaan seputar bait Alfiyyah Ibn al-Malik kepada santri PP. MUS Sarang sebelah timur yang hendak lewat sekolah maupun musyawarah sembari meneruskan jika mereka menjawab. Hal ini menunjukkan betapa beliau memperhatikan perkembangan pembelajaran para santri. Selain itu, beliau pun sangat memperhatikan terhadap ketelitian dan kesahihan dalam proses penyampaian materi.
Diceritakan, ada seorang guru sedang mengajar. Ketika tengah membacakan kitabnya tiba-tiba K.H. Abdul Jalil yang kebetulan lewat beliau berkata : “Mocone ora ngono! (tidak begitu bacanya!)” Beliau mengingatkan bacaan yang salah secara spontan dan kemudian pergi.
Cerdas yang Cinta dan Haus Akan Ilmu Pengetahuan
Ketika ada yang sedang tikror almahfudzat (mengulang hafalan) Alfiyyah di pondok, beliau pun juga mengikutinya. Tentunya, keikutsertaan beliau ini merupakan sebuah pengamalan, betapa beliau tidak pernah kenal kata puas terhadap ilmu.
Mendamaikan Perseteruan
Suatu ketika terdapat salah satu santri yang sedang berseteru dengan temannya. Karena temannya telah menjahili dirinya. Tiba-tiba disaat waktu liburan tiba santri tersebut diajak untuk bersilaturrahim kepada teman yang telah menjahilinya itu. “Yai Jalil ini gimana, saya jengkel sama dia kok diajak”. Kemudian sejenak, santri tersebut menangkap itu sebagai isyarat dari beliau untuk berdamai dengan temannya.
Perhatian dan Menghibur yang Sedang Bersedih
Berdasarkan penuturan dari K. Maksum Fathoni, Blora beliau sangat suka menghibur anak-anak kecil, terlebih tatkala mereka sedang sedih. Pengalaman ini dialami sendiri oleh beliau. Pada masa awal kiai Maksum muqim di PP. MUS Sarang, suatu ketika beliau sedang dilanda duka, kiai Jalil rawuh dan mengajaknya jalan-jalan untuk menghibur dan menghilangkan kesedihannya.
Masyhur Karomahnya
Beliau selalu mencurahkan waktunya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga tidak aneh apabila banyak karomah atau khoriqoh ‘adah (hal-hal ajaib diluar kebiasaan) dari beliau yang dikisahkan. Hal ini membuktikan betapa dekatnya beliau kepada Sang Pencipta.
Suatu hari, ketika rombongan keluarga ndalem mau menghadiri acara di Tuban serta mengajak KH. Abdul Jalil untuk ikut bersama rombongan, beliau menolaknya dan memilih untuk berada di rumah. Tapi anehnya, beliau ternyata tiba terlebih dahulu sebelum rombongan ndalem datang. Sontak saja, hal ini membuat para rombongan kaget dan terheran menyaksikan kejadian aneh tersebut.
Salah satu warga penduduk Sarang pernah diberi uang oleh KH. Abdul Jalil. Beliau berpesan kepadanya agar uang tersebut hanya boleh di belanjakan untuk membeli paku. Tanpa bertanya warga tersebut menerima dan menyimpan uang pemberian beliau. Ternyata, selang beberapa hari rumahnya terbakar. Sehingga ia harus membangun rumah baru dan membeli paku dengan uang pemberian K.H. Abdul Jalil.
Diriwayat yang lain, ada seseorang yang diberi uang oleh K.H. Abdul Jalil seraya berkata “Rene tak ewangi! (sini saya bantu)”. Setelah menerimanya, kebetulan K.H. Abdul Hamid (adik K.H. Abdul Jalil) yang juga terkenal akan kemajdzubannya sedang lewat, dia lantas bertanya. KH. Abdul Hamid menyuruhnya untuk menyimpan uang pemberian tersebut dengan baik-baik. Selang beberapa bulan, mobil orang tadi menabrak seorang tentara sampai meninggal di tempat kejadian. Hingga akhirnya uang pemberian dari K.H. Abdul Jalil dia gunakan sebagai tambahan untuk membayar tunjangan kepada ahli warisnya.
Wafat
KH. Abdul Jalil wafat pada tahun 1999 M. dalam usia 77 tahun. Pada saat proses memandikan jenazah beliau, yang memandikan beliau adalah K.H. Ahmad Muhammad Ainul Yaqin, K.H. M. Adib Abdurrochim, K.H. M. Said Abdurrochim dan K.H. Muhammad Najih Maimoen. Jenazah beliau tampak begitu bersih dan baik, padahal sebelumnya beliau memiliki semacam penyakit kulit di bagian tubuh. Subhanallah berkat kebersihan hatinya, Allah SWT pun membersihkan penyakit yang menderanya di dunia.
Ibroh
Ada beberapa ibroh (pelajaran) yang dapat diambil dari KH. Abdul Jalil Ahmad diatas :
- Sebagaimana identitas santri yang mendalami ilmu agama, sudah selayaknya selalu berpijakan kepada Allah Ta’ala dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
- Sangatlah memalukan apabila kita yang masih dalam fase belajar, memiliki rasa puas dengan ilmu yang masih sebesar biji jagung dan masih jauh dari kedalaman ilmu.
- Beliau mengajarkan bagaimana bersikap dan hak dalam berinteraksi terhadap orang lain. Tentang memaafkan kesalahan orang lain, mendamaikan perseteruan, perhatian dan mengayomi terhadap yang lemah dan juga membantu orang yang sedang kesusahan.
Semoga kita dapat meneladani sekian uswah (teladan) yang beliau ajarkan, sehingga kita tergolong dalam golongan orang-orang sholeh yang mendapatkan janji indah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dapat menikmati pertamanan surga.(Nbh/ppmus.id)