Tak terasa kita telah mulai menjajaki awal bulan di tahun baru ini, yakni bulan Muharram. Bulan yang mencatat salah satu tragedi memilukan dalam sejarah Islam. Sebuah tragedi yang penuh akan drama dan pengkhianatan dari sekelompok orang yang mengaku sebagai pengikut setia. Kelompok itu dikenal dengan sebutan “Syi’ah”.
Pada mulanya, kelompok ini membujuk sayyidina Husein untuk datang menuju kota Kufah agar mau dibaiat menjadi khalifah. Sayyidina Husein pun memastikannya dengan mengutus Muslim bin Aqil. Kedatangam sepupu Sayyidina Husein ini ke kota Kufah terdengar oleh Ubaidillah bin Ziyad, salah satu kaki tangan Yazid bin Muawiyah. Ubaidillah pun segera bergerak dan membunuh Muslim beserta tuan rumah yang menjamunya Hani’ bin Urwah. Bau-bau pengkhianatan Syi’ah sudah tercium dari kejadian ini. Kemana saja mereka saat Ubaidillah merangsek memburu Muslim? Mengapa mereka diam atas kejadian itu?
Ternyata benar, saat Sayyidina Husein dicegat Ubaidillah bin Ziyad, mereka yang dulu meminta Sayyidina Husein untuk menjadi khalifah tidak terlihat batang hidungnya sama sekali bak hilang ditelan bumi. Mereka telah menukar janjinya kepada Sayyisina Husein dengan uang dari Ubaidillah bin Ziyad untuk tidak membantu Sayyidina Husein. Dengan pengkhianatan itu, pasukan dan rombongan Sayyidina Husein pun menjadi tidak berdaya melawan pasukan Ubaidillah bin Ziyad sebab kekuatan yang tidak seimbang. Mereka tak berdaya menghadapi pasukan Ubaidillah yang berkali lipat dari mereka, hingga akhirnya Sayyidina Husein pun syahid di medan pertempuran Karbala.
Yang mengherankan lagi, mereka malah membuat tradisi jahiliyyah, meratapi kematian seseorang dengan menyakiti diri mereka sendiri saat asyura, hari di mana Sayyidina Husein syahid sebab pengkhianatan nenek moyang mereka. Seakan mereka menampakkan begitu berkabungnya mereka atas kematian Sayyidina Husein dan mengesampingkan apa yang telah dipesankan Rasulullah kepada para umatnya,
اِثْنَتَانِ في النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ : الطَّعْنُ فِي الأَنْسَابِ ، و النِّيَاحَةُ على الميِّتِ
“Dua hal dalam diri manusia yang menjadi tanda kekafiran, mencela nasab dan meratapi mayit”. (HR. Muslim)
Tak hanya penghianatan, Syi’ah juga berusaha memecah belah umat dengan membuat-buat tuduhan kepada para sahabat Khulafur Rasyidin sebelum Sayyidina Ali. Beliau-beliau dituduh merampas tali estafet kepenerusan Rasulullah dari Sayyidina Ali. Oleh karena itu, mereka mencela dan mengutuk beliau-beliau yang sudah jelas-jelas disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang-orang yang paling baik,
خَيرُ النَّاسِ قَرْنِيْ
“Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku”. (Muttafaq Alaih)
Untuk membentengi umat Islam dari bahaya aliran tersebut, dengan mengangkat tema bertajuk BAHAYA ALIRAN SYI’AH DARI AQIDAH HINGGA MASALAH FIQHIYYAH, kami ingin mengajak bersama untuk belajar membentengi diri dari aliran ini. Mengetahui mengapa aliran ini perlu dijauhi, membuka sejarah kemunculannya, hingga melihat sepak terjangnya selama ini. Semoga dengan ini, keyakinan kita semakin teguh dan benteng keimanan kita semakin kuat Amiin.