Semarak Ramadhan telah berlalu. Namun, amalan-amalan seperti puasa, qiyamullail, tilawah al-Qur’an, sedekah, dan segala bentuk ketaatan lainnya meninggalkan jejak manis dalam hati kita. Tentu kita berharap, amalan-amalan itu diterima di sisi Allah dan membawa barakah dalam kehidupan.
Lantas, bagaimana kita dapat mengetahui apakah amalan kita diterima?
Alamatnya adalah bahwa segala bentuk ibadah ketaatan dan kebaikan kita tidak terputus setelah Ramadlan tapi berlanjut semangatnya hingga Ramadlan berikutnya.
Imam Ibnu Rojab al-Hambali berkata,
من عمل طاعة من الطاعات وفرغ منها، فعلامة قبولها أن يصلها بطاعة أخرى وعلامة ردها أن يعقب تلك الطاعة بمعصية
“Barangsiapa melakukan ketaatan kepada Allah lalu menyelesaikannya, maka tanda diterimanya ketaatan itu adalah dia melanjutkannya dengan ketaatan baru. Sedangkan alamat ketaatan itu ditolak adalah ia melanjutkannya dengan kemaksiatan.”
Beliau juga berpesan,
معاودة الصيام بعد صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده
“Melanjutkan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan. Karena jika Allah menerima amalan seorang hamba, niscaya Dia akan memberikan taufik kepadanya untuk mengerjakan amalan saleh lainnya setelahnya”
Terhadap orang-orang yang meninggalkan amal ketaatan setelah Ramadlan berlalu, Imam Bisyr al-Hafi menghardik,
بئس القوم قوم لا يعرفون الله إلا في رمضان
“Sejelek-jeleknya golongan adalah golongan yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan”
📚 Rujukan:
1. Lathāif al-Ma’ārif fi Mā Li Mawāsim al-‘Amm min al-Wadzāif. Syaikh Abdurrahman bin Ahmad bin Rojab al-Hambali. Dar Ibn Katsir. Juz 1. Hal. 388, 383, 396